Siapa Anda

Advertise here

Radio Online

Justin Bieber

Artist : Justin Bieber Title : Baby (Feat Ludacris) Artist : Justin Bieber Title : Overboard (Feat Jessica Jarrell)

Kamis, 21 April 2011

Dari Sapporo ke Tokyo Dalam 18 Jam

Oleh W. David Marx

Kapal ferry umum di Jepang menawarkan pengalaman yang akan menguji kesabaran dan ketahanan Anda terhadap laut, tetapi jika Anda ingin melepaskan diri sesaat dari dunia, pengalaman ini pantas dicoba.

Ketika cuaca sedang bagus, dek pemantauan di Sunflower Furano merupakan tempat yang bagus untuk menghabiskan waktu

Pesawat hanya untuk pengecut. Bepergian ke Sapporo dari Tokyo untuk Festival Salju di bulan Februari, saya menggunakan kereta api Hokutosei selama 16 jam. Untuk perjalanan pulang, hanya terdapat satu pilihan yang lebih menantang dan irasional: kapal ferry selama 18 jam.

Kapal Sunflower Furano mungkin merupakan pilihan terakhir untuk bepergian antara area utama metropolitan di Jepang, tetapi perusahaan perkapalan Mitsui O.S.K Lines (MOL) menjalankan kapal ferry Sunflower antara Sapporo dan Tokyo untuk tujuan wisata maupun bisnis. Kapal besar yang jalan pada malam hari ini memiliki ruang besar untuk truk dan kargo, tetapi dek bagian atasnya seperti kapal pesiar kelas bawah. Penuh kamar penumpang, pusat permainan, kamar mandi terpisah, dek pemantauan, ruang menonton TV, area bermain anak dan restoran.

Walaupun ini adalah pilihan utama bagi pengemudi truk yang membawa produk susu ke Honshu atau bagi mereka yang ingin naik mobil sendiri ke Hokkaido, ferry bisa menjadi salah satu cara paling murah untuk bepergian untuk orang umum. Murah atau tidak, bagaimanapun juga, cara ini menawarkan petualangan tersendiri.

Tidak sepenuhnya Sapporo ke Tokyo

Yang pertama harus Anda pahami adalah, ketika MOL berkata Sapporo ke Tokyo, mereka sedikit berbohong. Sebenarnya kapalnya berangkat dari kota pelabuhan Hokkaido, Tomakomai ke kota pelabuhan prefektur Ibaraki, Oarai. Kedua kota ini berjarak lebih dari satu jam dari masing-masing Sapporo dan Tokyo.

Menuju Sapporo dari Tomakomai menghabiskan sekitar dua jam dengan bus umum, yang berangkat ke pelabuhan dari stasiun Sapporo pada jam 3 siang (¥1,270). Pelabuhannya jauh dari stasiun JR Tomakomai, jadi jika Anda tidak ingin menggunakan taksi, bus adalah pilihan yang paling mudah dan murah. Bagaimanapun juga, bus tersebut banyak berhenti, dan seringnya terlalu lama sehingga penumpangnya hampir saja memberontak.

Walaupun kapalnya memiliki restoran dan toko yang menjual makanan ringan, penumpang yang cerdas sebaiknya membeli makanan di Sapporo atau pada toko swalayan di terminal ferry Tomakomai. Ferry menyediakan air panas, jadi mie instan merupakan pilihan tepat. Banyak juga terdapat mesin makanan dan minuman otomatis, sehingga minum tidak menjadi masalah.

Pemisahan kelas sosial oleh tipe kamar

Jika kereta bertempat tidur adalah magnet bagi keluarga dan mereka yang obsesif dengan kereta, kapal ferry menawarkan harga yang murah. Penumpang ferry terdiri dari 85% laki-laki. Kebanyakan adalah pengemudi truk, perusahaan kapal tersebut mencoba memisahkan mereka dengan penumpang wisatawan dalam berbagai kesempatan. Sebagai contoh, pengemudi truk telah disediakan kantin murah tersendiri agar tidak bercampur di restoran utamanya. Meski dengan cara-cara ini, para pengemudi truk masih saja bergaul di ruang santai, kamar mandi dan ruang permainan.

Di perjalanan, saya kebanyakan berbagi ruang dengan para pensiunan. Beberapa keluarga juga terlihat, dengan anak-anak mereka berkeliaran di ruang permainan atau duduk diam selama 18 jam di perpustakaan manga. Kebanyakan waktu perjalanan akan Anda habiskan di ruang tidur, jadi memesan akomodasi yang tepat bisa membedakan antara ‘pelayaran romantis’ dan ‘tenda pengungsian.’ Kamar ekonomi (¥8,500 hari biasa, ¥11,000 musim liburan) sebenarnya hanyalah ruang terbuka beralaskan tatami dengan selimut, bantal dan alas tidur yang ditumpuk. Terlihat seperti campuran antara ruang tidur siang di taman kanak-kanak dengan penampungan korban badai Palang Merah. TVnya selalu menyala, dan disinilah kebanyakan pengemudi truk tidur, makan dan merokok. Kamar kasual (¥11,000 hari biasa, ¥14,000 musim liburan) adalah satu tingkat di atas ruang geladak: ruang terbuka dengan tempat tidur terpisah. Ini merupakan favorit para mahasiswa.

Jika Anda mencari kenyamanan dasar, saya menyarankan kamar standar (¥14,500 hari biasa, ¥18,000 musim liburan), terlihat seperti kamar hotel tanpa aksesoris. Tiap ruang terdiri dari sepasang tempat tidur bertingkat. Jika Anda memesan untuk sendiri, Anda bisa mendapat seluruh kamar, tetapi harus membayar 75% untuk ranjang satunya. Untungnya, pada hari biasa, Anda hanya harus membayar untuk satu tempat tidur. Umumnya, bagaimanapun juga, memesan kamar standar hanya masuk akal jika Anda bepergian dengan kawan atau keluarga. Jika tidak, harganya bisa seperti naik kereta atau pesawat.

Dibandingkan kamar ekonomi, kamar standar tampak seperti kemewahan, dengan wastafel sendiri, sofa kecil dan meja, pemandangan ke laut dari jendela dan TV/pemutar DVD yang kadang-kadang menerima sinyal dari prefektur Tohoku. Anda dapat menyewa DVD di kapal, selama anda suka menonton film Tora-san dan film-film kecil lainnya.

Di ruangan pribadi, hanya sedikit gangguan ketika anda tidur. Deru mesin terasa pelan, penutup telinga cukup membantu meredamnya, dan selain itu juga guncangan tak terlalu keras.

Kami tidak yakin siapa yang menyewa kamar luxury deluxe, tetapi kamar itu memiliki akomodasi hotel kelas atas (¥21,500 hari biasa, ¥26,000 musim liburan) dengan kamar mandi dan toilet pribadi, juga selimut lembut di ranjangnya. Terdapat juga kamar mewah bergaya Jepang dengan tatami dan futon. MOL memberikan kupon restoran gratis bagi penghuni kamar mewah tersebut.

Yang bisa dilakukan ketika tidak mabuk laut

Kapal SunFlower sangat besar sehingga jarang terombang-ambing oleh gelombang seperti kapal-kapal kecil lainnya. Tetapi, pada perjalanan saya, angin kencang menerpa sehingga membuat kapal sedikit bergoyang dengan sudut akut. Untuk Anda yang agak sensitif sebaiknya membawa Dramamine ata membelinya di toko suvenir di atas kapal.

Ketika Anda tidak sedang makan di restoran atau memandangi pemandangan berkabut Tohoku di dek pemantauan, tidak banyak hal yang dapat dilakukan di atas kapal. Ruang permainan kebanyakan diisi oleh permainan menggunakan kait dan beberapa mesin mahjong. Terdapat juga perpustakaan manga kecil, beberapa TV menampilkan saluran lokal dan penayangan film. (Tentu saja di perjalanan Saya yang ditayangkan adalah film klasik Tora-san “Otoko wa tsurai yo.”)

Seperti kereta Hokutosei, cara terbaik untuk menghabiskan waktu adalah minum-minum. Tidak terdapat bar, jadi mesin minuman otomatis menjadi pengganti bartender. Pengemudi truk yankii muda akan membeli banyak bir kategori ketiga, tetapi karena ini masih merupakan perjalanan ke Hokkaido, Sapporo Classic merupakan pilihan minuman terbaik. Toko suvenir juga menjual es dan minuman keras dalam botol kecil jika Anda memutuskan untuk minum lebih serius. Terlalu banyak minum tidak akan berdampak buruk dengan mabuk laut, tetapi terdapat ember kecil di kamar mandi area utama.

Cara yang baik untuk bersantai di kapal adalah mandi berendam. Penataannya seperti hotel murah: sebuah ruangan untuk berganti pakaian dan ruang besar dengan bak mandi dan pancuran dengan tempat duduk. Saya senang mengetahui bahwa airnya telah disterilkan. Sabun dan sampo telah disediakan dan airnya cukup hangat. Satu-satunya masalah adalah goyangan kapal membuat duduk di bak mandi serasa berada di kolam arus. Dan para pengemudi truk tampaknya tidak melihat aturan ‘bilas sebelum berendam’ secara serius.

Kebanyakan penumpang berkumpul di ruang santai pada siang hari. Terdapat sekitar dua puluh tempat duduk bertempat di depan jendela dan satu baris kursi pijat. Banyak wanita merajut. Pemandangan hampir tidak terlihat pada malam hari, tetapi di pagi hari, dapat terlihat sebagian dari Fukushima. Masalahnya, pemandangan berganti hanya satu inci per menit. untuk pemandangan lebih baik pergilah ke dek, tergantung cuacanya, Anda bisa mendapat angin segar atau rasa dingin yang menusuk.

Perjalanan jauh ke Tokyo

Sunflower Furano tiba di Oarai sekitar pukul 14.30, tetapi itu artinya Anda harus meneruskan perjalanan selanjutnya: Oarai ke Tokyo

Cara yang paling mudah adalah dengan bus pada 14.40 ke Mito (¥600). Saya lebih memilih memanggil taksi dan membayar ¥740 ke stasiun JR Oarai — sebuah tempat tradisional yang belum memiliki gerbang tiket otomatis. Lalu saya meniki kereta lucu ke stasiun Mito (¥310), lalu dari Mito saya menaiki kereta ekspres ke Ueno (¥3520). Terdapat bus-bus dari stasiun Mito ke Ueno, tetapi jadwalnya tidak selalu sejalan dengan waktu keberangkatan kapal ferry.

Apakah cukup setimpal?

Secara pribadi, saya menaiki kapal ini karena keinginan aneh untuk melihat pemandangan Hokkaido bukan dari atas pesawat. Tetapi apakah kapal ferry merupakan cara menarik untuk berperjalanan bagi orang lain?

Saya bertanya kepada dua wanita tua yang sedang minum bir ditemani bento tentang mengapa mereka memilih kapal ferry sebagai transportasi. Kakak-beradik Kazumi dan Sunama Usami mengatakan, “Kami menjalani tur Yomiuri dari Hamamatsu dengan 27 orang lainnya. Kami berdua adalah pensiunan jadi kami punya banyak waktu luang. Cara ini sangat murah.”

Nakaya Sugawara, sekitar 20 tahun, menimpali argumen ‘ekonomis ketimbang efisiensi’ ini: “Saya ingin pergi ke Sapporo, dan saya punya waktu tapi tidak punya uang. Jadi saya memilih kamar kasual.”

Secara keseluruhan , keinginan Saya untuk menetap di kamar pribadi dan menaiki transportasi tercepat menuju Tokyo menghabiskan total ¥26,870 — lebih dari tiket kereta Hokutosei ¥25,590. Jika saya mengambil rute yang sama bersama orang lain, hanya akan menghabiskan dana ¥20,340. Menggunakan kamar ekonomi hanya menghabiskan ¥14,340. Jadi perjalanan dapat menjadi murah dengan kompromi-kompromi yang tepat.

Kapal Sunflower MOL cukup menyenangkan, dan tidak ada keluhan berarti untuk akomodasinya, tetapi dengan harga yang saya bayar, arti transportasi dari kapal menjadi berkurang. Perjalanan ke Tomakomai dan dari Oarai menghabiskan dana ¥5,000 untuk tiket dan menghabiskan waktu empat jam. Secara umum, kapal tersebut kurang memiliki suasana romantis seperti di kereta, dan goyangannya dapat sedikit mengganggu. Saya masih merasa terombang-ambing selama dua hari sesudah perjalanan itu.

Menurut pengalaman saya, perjalanan kapal ferry ini hanya saya anjurkan untuk seseorang yang benar-benar mencari pelarian dari kesibukan dunia selama 18 jam. Penerimaan sinyal telepon kurang baik, dan kebiasaan di atas kapal tidak akan memungkinkan Anda untuk menjalin pertemanan dengan penumpang lain. Kapal ferry dari Sapporo ke Tokyo adalah pilihan utama untuk mengasingkan diri, dan mungkin hanya itu.

sumber : http://id.travel.yahoo.com/jalan-jalan/31-dari-sapporo-ke-tokyo-dalam-18-jam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar